Download

Minggu, 20 November 2011

Untuk Sebuah Renungan

Adakah seorang insan yang mengerti, apakah arti kehidupan ini? Sempat aku mencari arti kasih sayang abadi, namun yang kutemui hanyalah ilusi. Sebuah ilusi dari fantasi kosong yang tak bertepi. Apakah salah hati ini? Ingin merasakan CINTA yang suci. Apakah arti sebuah cinta sejati? Apakah itu juga sebuah ilusi? Jika benar, apalah arti semua ini? Sudah banyak hari kujalani. Semua tetap hanyalah ilusi. Ilusi yang tiada miliki arti.
Namun akhirnya satu hal kusadari, hanya Tuhan yang sungguh-sungguh mengerti tentang semua arti kehidupan ini. Kita hambanya hanya mampu mencari, hingga semuanya mampu dimaknai.
Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengadu, hidup adalah untuk mengolah diri. Membalik pikiran dan hati. Memasuki rahasia dibalik rahasia dalam mengukir luasnya dunia dan dalamnya samudra.
Kita menjalankan kebijakan dari Sang Pemilik kebijakan. Bukannya demi surga atau neraka, tetapi demi harga diri kita sebagai makhluk sempurna.
Sesungguhnya kita bukanlah kotoran yang melekat di dunia pana ini. Kita menangis dan tersenyum, bukanlah karena peran belaka, tetapi karena itulah keindahan dunia.
Pernah kurasakan tangan-tangan cinta sang hawa membelai dan membuaiku sampai ke puncak setinggi Mahameru. Pernah pula kurasakan bunga-bunga indah mekar di taman hatiku. Juga! pernah pula kurasakan jari-jari cinta itu mencabik-cabik setiap serambi jantungku dan mencabut kembali bunga-bunganya di tamanku.
Andai kutahu cinta ini akan menyakitiku. Takkan kubiarkan hati ini tak tersadar. dan takkan kubiarkan hasratku terlalu mengumbar. Andai aku mempunyai keteguhan, akan kuikat tarian yang menguatkan panggung hati yang rapuh. Akan kubunuh lagu-lagu cinta yang meneriakkan angan-angan dan takkan kubiarkan rasa ini memetik senar-senar harapan.
Aku mengerti saat langit kehabisan warna, yang ada tinggal hitam pekat. Tiada ruang atau waktu, yang ada tinggal sebuah kekosongan.
Saat terakhir genggaman tangan ini kau lepaskan,
kuyakin hatimu mengisakkan tangis yang mencoba sembunyi di balik kedua senyum pipi lesungmu. Kau telah mengakhiri semuanya malam itu. Senyumku adalah refleksi doaku untukmu. Sama halnya kecupan mesraku saat malam-malam sebelumnya. Memang aku tak pernah pasti, tapi yang pasti kita tak perlu terlalu pasti.
Bersama debur ombak yang memecah indah, melangkahlah dengan pasti. Lupakanlah kisah penuh makna diantara kita. Sembunyikan sedihmu di kemilau pasir di pantai; sirnakan isak tangismu di temaram senja; dan! ketika takdir ini telah membawaku jauh, tersenyumlah dengan tulus padanya karena sesungguhnya dia lebih membutuhkanmu. Biarkanlah senja berjalan sendiri tanpa malam.
Cinta. Entah, apakah kata itu berarti lagi bagiku? Akankah aku akan merasakan kembali keindahannya? Rasanya mustahil sesuatu yang takkan pernah kubiarkan melintas kembali dalam hidupku (cintamu). Walaupun dulu, rangkaian kata-katanya mampu menggapai relung jiwaku dan Luapan kalimatnya mampu membuatku berpaling sejenak menikmati keindahan rasa itu. Cinta! sesuatu yang tak pernah aku bayangkan, mampu mengusik kesunyianku. Hingga saat ini semuanya telah berlalu.
Kini aku kembali lagi. Aku adalah kata-kata dan kata-kata adalah syurgaku. Rangkaian kalimat panjang akan membuai mesra diriku. Menari-narikan mimpi dalam balutan kata-kata dan membingkai rasa dalam bait-baitnya. Aku akan bercinta dengan kata-kata dan akan merangkainya menjadi satu kenangan suka tiada duka, walaupun biduk di langit masih kering tertawa melihatku yang tetap bercumbu dengan khayal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar